Beranda

Jumat, 05 November 2010

Zuhud Secara Lahir dan Batin

AddThis Social Bookmark Button
E-mail Cetak PDF
Di malam hari ini –berkat anugerah Allah- satu pelajaran kami peroleh dari Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang maksud zuhud. Bagaimanakah bentuknya seseorang memiliki zuhud secara batin dan secara lahir. Semoga bahasan berikut ini bermanfaat.

Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,

Zuhud yang disyari’atkan adalah meninggalan setiap hal yang tidak bermanfaat untuk kehidupannya di akhirat dan hati begitu yakin pada apa yang di sisi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam At Tirmidzi,

لَيْسَ الزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا بِتَحْرِيمِ الْحَلَالِ وَلَا إضَاعَةِ الْمَالِ وَلَكِنَّ الزُّهْدَ أَنْ تَكُونَ بِمَا فِي يَدِ اللَّهِ أَوْثَقَ بِمَا فِي يَدِك وَأَنْ تَكُونَ فِي ثَوَابِ الْمُصِيبَةِ إذَا أَصَبْت أَرْغَبَ مِنْك فِيهَا لَوْ أَنَّهَا بَقِيَتْ لَك

Zuhud terhadap dunia bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah engkau begitu yakin terhadap apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Zuhud juga berarti ketika engkau tertimpa musibah, engkau lebih mengharap pahala dari musibah tersebut daripada kembalinya dunia itu lagi padamu.”[1]

Karena Allah Ta’ala berfirman,

لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ

Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS. Al Hadid: 23) [2]. Ini menunjukkan bahwa zuhud di sini merupakan ciri-ciri zuhud dalam hati (batin).

Adapun zuhud secara lahiriyah (zhohir) adalah dengan seseorang meninggalkan berlebih-lebihan dalam hal makanan, pakaian, harta dan lainnya yang tidak sebagai pengantar untuk taat pada Allah.

Sebagaimana Imam Ahmad pernah katakan,

إنَّمَا هُوَ طَعَامٌ دُونَ طَعَامٍ وَلِبَاسٍ دُونَ لِبَاسٍ وَصَبْرِ أَيَّامٍ قَلَائِلَ

“(Yang dimaksud zuhud secara lahir) adalah seseorang mengonsumsi makanan namun tidak secara berlebih-lebihan, mengenakan pakaian juga tidak secara berlebihan dan bersabar di hari-hari penuh kesulitan.”

***

Dari penjelasan Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah, kita dapat mengerti bahwa zuhud itu ada dua macam. Orang yang dikatakan zuhud bukanlah secara lahiriah saja, namun juga yang utama adalah secara batin. Bagaimanapun zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat nanti. Juga beliay tambahkan maksud zuhud secara batin adalah menjadikan hati begitu yakin pada janji Allah, dalam hal rizki dan lainnya. Sedangkan secara lahiriah, zuhud ditunjukkan dengan seseorang bersikap sederhana (artinya, tidak berlebih-lebihan) dalam hal makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya, ditambah dengan bersabar. Jadi tidak selamanya zuhud adalah dengan hidup sederhana dalam harta, artinya tidak berlebih-lebihan, namun hendaknya ada perbuatan batin sebagaimana yang Ibnu Taimiyah rahimahullah sebutkan. Semoga Allah membalas amalan baik beliau ini yang telah menunjukkan kita pada hakekat zuhur yang sebenarnya.

Semoga pelajaran berharga ini semakin menjadikan akhlaq kita mulia di sisi Allah. Moga Allah anugerahkan kepada kita untuk bersikap zuhud. Aamiin Yaa Mujibbas Saailin.

Silakan para pembaca bisa membaca artikel lainnya tentang zuhud yang pernah kami angkat di rumaysho.com di sini.

Finished on Shuhuh, 28th Dzulqo’dah 1431 H, 05/11/2010, KSU, Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

www.rumaysho.com



[1] HR. Tirmidzi no. 2340 dan Ibnu Majah no. 4100. Abu Isa berkata: Hadits ini gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur sanad ini, adapun Abu Idris Al Khaulani namanya adalah A'idzullah bin 'Abdullah, sedangkan 'Amru bin Waqid dia adalah seorang yang munkar haditsnya. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Yang tepat riwayat ini mauquf (hanya perkataan Abu Dzar) sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Az Zuhd.” (Lihat Jaami’ul Ulum wal Hikam, hal. 346)

[2] QS. Al Hadid: 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar